Angkringan Om Bento n Vesva

Angkringan Om Bento n Vesva
teman2 vesva yang selalu setia menemani angkringan om bento

HOME

Daftar Menu

Daftar Menu
menu ndeso rasa kuto

Rabu, 23 Juni 2010

Nonton Bal-balan bareng ala angkringan Om Bento


Hiruk- pikuk meriahnya piala dunia 2010 ini sangat universal, dari kelas sandal jepit sampai sepatu jenggel pada nonton.bisa dilihat setiap sudut jalan, pos ronda, pos satpam bahkan diemperan/teras rumah selalu ada TV buat nonton yang namanya bal-balan…
Bagi sebagian orang nonton bola merupakan suatu gengsi, tidak sedikit orang yang nonton bola di cafe2 wah dijakarta yang tiket masuknya aja bisa buat makan seminggu…( hahhaha…kalo makane lawuh krupuk ).
Angkringan Om Bento pun tak mau kalah, walaupun Cuman warung angkringan tapi soal piala dunia tak boleh dilewatkan.dengan TV 21 inch diangkringan Om Bento kita bisa nonton bola bareng malah sambil nyruput wedang jahe susu dan mangan tahu brontak, bakwan, sate usus dan makanan tradisional lainya…disambi turon juga boleh.
So..bagi temen2 yang ada di seputaran taman galaxy yuk nonton bareng di angkringan " Om Bento".

Rabu, 31 Maret 2010

makna sebuah jam tangan

Jam Tangan
________________________________________
Ketika dalam perjalanan naik kereta api, seorang pria kaya ditanya oleh anak muda yang duduk disebelahnya.

"Sekarang sudah jam berapa, Pak"
"saya tidak akan memberitahukannya kepadamu," sahut pria kaya itu dengan ketus

"lho kenapa?"

"karena, kalau saya jawab jam berapa, maka kau pasti akan melakukan percakapan dengan saya. Kau akan bertanya, tujuan saya kemana, lalu saya akan menjawabnya"
"lantas terpaksa saya akan bertanya pula kemana tujuan kamu, meski sebenarnya saya sama sekali tidak tertarik untuk mengetahuinya. kemudian kita akan berbincang-bincang."
"Saya akan turun di Semarang, kota kediaman saya, lalu kau pun akan turun pula di sana. Istri saya akan menunggu di stasiun dan saya akan memperkenalkannya padamu."

"lalu istri saya akan menawarkan padamu untuk mampir ke rumah kami. Lalu dia akan mengundang kau untuk makan malam, dan pasti kau akan menerima tawaran tersebut."
"Lalu kau akan bertemu dengan putriku yang cantik, dan jatuh cinta padanya. Lalu mungkin kau akan melamarnya dan memintanya menjadi istrimu.

Dan tahukah kamu? Saya tidak sudi putriku kimpoi dengan pemuda yang jam tangan saja enggak punya...."

Guys....ini menarik untuk diambil hikmahnya

Selasa, 23 Maret 2010

Sejarah Warung angkringan Jogja & Solo


Apa yang anda lakukan ketika merasa suntuk sekaligus lapar, jenuh dengan aktifitas sehari-hari dan ingin melepas penat tanpa merogoh kocek terlalu dalam? Jika anda tinggal atau kos di Jogja, entah itu kuliah atau bekerja, anda tentu sudah tidak asing dengan yang namanya “angkringan” bukan? Ya, angkringan bisa kita temukan di mana saja di sepanjang jalan yang ada di Jogja. Kita juga bisa menemukannya di Solo, hanya saja namanya berbeda. Di Solo sebutannya “hik”. Ada yang mengatakan itu kepanjangan dari “hidangan istimewa kampung”. Sedangkan angkringan berasal dari kata bahasa Jawa “angkring” yang artinya duduk santai, biasanya dengan melipat satu kaki ke kursi. Yang jelas angkringan Jogja dan hik Solo tidak jauh berbeda ciri-cirinya. Malam ini Jogja cerah sekali cuacanya. Rembulan terlihat setengah lingkaran, seperti semangka keemasan melayang di langit malam yang hitam. Saya ingin menikmatinya sambil ngangkring si dekat kosan saya di daerah Sagan, tepatnya di jalan Herman Yohanes. Ada yang belum pernah ngangkring? Waa..kemana saja mbak?
Angkringan adalah semacam warung makan yang berupa gerobag kayu yang ditutupi dengan kain terpal plastik dengan warna khas, biru atau oranye menyolok. Dengan kapasitas sekitar 8 orang pembeli, angkringan beroperasi mulai sore hari sampai dini hari. Namun kini ada juga yang mulai buka siang hari. Pada malam hari, angkringan mengandalkan penerangan tradisional senthir dibantu terangnya lampu jalan.
Makanan khas yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam), sate telor puyuh, kripik dan lain-lain. Nasi kucing (dalam bahasa Jawa disebut “sega kucing“) bukanlah suatu menu tertentu, tetapi lebih pada cara penyajian nasi bungkus yang banyak ditemukan pada angkringan. Dinamakan “nasi kucing” karena disajikan dalam porsi yang (sangat) sedikit, seperti menu untuk pakan kucing. Bagi kaum laki-laki mungkin bisa menghabiskan 3-5 bungkus. Saya saja yang perempuan, pernah menghabiskan 4 bungkus. Entah karena nasinya memang enak atau saya yang doyan makan, saya sendiri bingung. Minuman yang dijual pun beraneka macam seperti teh, es jeruk, kopi, wedang tape, wedang jahe, susu, atau campuran beberapa yang anda suka. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Tapi sekarang kalau dirasa-rasa, harga hidangan angkringan ikut melambung gara-gara kenaikan harga BBM 24 Mei 2008 lalu. Tetapi teap saja angkringan banyak penggemar.
Mungkin hampir setiap 100 meteran, kita dapat menemukan angkringan. Bagaimana awalnya usaha ini bisa begitu menjamur di Jogja? Sebagai mahasiswa yang cukup hobi ngangkring, saya kerap mengobrol dengan pedagangnya setiap kali ngangkring. Ternyata setiap kali saya tanya “Pak njenengan asline king pundi?”, jawabannya hampir selalu sama, “Kula king Klaten, Mbak”. Pedagang angkringan di Jalan Herman Yohanes tempat saya biasa membeli jasu (jahe susu) pernah saya tanya, “Wis suwe po Mas bukak angkringan?”, dan dia menjawab, “Lha wong mbahku wae bukak angkringan kok, Mbak”. Sebenarnya sejak kapan angkringan muncul di Jogja?
Sejarah angkringan di Jogja merupakan sebuah romantisme perjuangan menaklukan kemiskinan. Angkringan di Jogjakarta dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an. Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Jogjakarta.
Mbah Pairo bisa disebut pionir angkringan di Jogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969. Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu sempat beberapa kali berpindah lokasi. Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan angkringan di setiap sudut Kota Jogja. Angkringan Lik Man pun konon menjadi yang paling dikenal di seluruh Jogja, bahkan di luar Jogja.
Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai gerobak, diawal kemunculannya angkringan menggunakan pikulan sebagai alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting hik (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah hik sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer. Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.
Boleh jadi angkringan merupakan stereotipe kaum marjinal berkantung cekak yang beranggotakan sebagian mahasiswa, tukang becak dan buruh maupun karyawan kelas bawah. Namun, peminat angkringan kini bukan lagi kaum marjinal yang sedang dilanda kesulitan keuangan saja, tetapi juga orang berduit yang bisa makan lebih mewah di restoran.
Dari semua angkringan yang pernah saya coba, saya jatuh cinta pada jadah bakar dan teh nasgitel (panas, legi, kentel) racikan Lik Man, angkringan legendaris Jogja. tidak jarang warung angkring Lik Man kedatangan orang-orang terkenal dari berbagai jenis pekerjaan. Djadug Feriyanto misalnya, kakak kandung Butet Kartaradjasa yang juga leader kelompok musik Sinten Remen ini pun jatuh cinta kepada angkringan Lik Man di Stasiun Tugu sana. Tidak hanya Djadug, beberapa sastrawan, budayawan, atau olahragawan ternama seperti Cak Nun (Emha Ainun Najib), Butet Kartaradjasa, Marwoto Kawer hingga Jammie Sandoval pemain PSIM asal Chilie pun sering meluangkan waktu malamnya untuk jajan di angkringan. Menyenangkan sekali melepas kepenatan bersama teman atau orang lain yang baru ketemu disana, lalu ngobrol ngalor-ngidul, gojeg kere, main plesetan kata-kata, menggoda bencong lewat, sampai tertawa lepas melepaskan beban pikiran. Tak perlu minder dengan apa status anda, karena di angkringan semuanya adalah sama.
( nyuwun pangapunten mas gambar angkringan jac dipun upload)

piss.........

Senin, 22 Maret 2010

Warung Angkringan Om Bento



Warung Angkringan Om Bento terletak di Jl.pulo ribung Taman Galaxy Bekasi( samping parkiran bus trans galaxy ) awal mula warung angkringan ini didasari oleh kebiasaan sewaktu di jogja, dimana kami bersama teman2 sering menghabiskan malam di sebuah angkringan di jogja. Dari obrolan kelas sandal jepit sampai obrolan selangit kita ulas diangkringan.banyak angkringan di jogja yang sampai sekarang masih terkenang antaranya : angkringan lek man di tugu, angkringan lek min di SMK sampai angkringan nyutran taman siswa.
atas dasar kenangan inilah maka saya mencoba nguri-uri kabudayan ngangkring di jogja saya coba bawa ke Jakarta, yang akhirnya saya coba buka di Taman Galaxy Bekasi. Angkringan Om Bento cocok buat muda maupun tua untuk ngobrol sambil jegang dikursi sinambi nyruput jahe susu ( hehehe mak nyos......promo).monggo buktikan jahe susunya......???????? bisa sambil chating juga..heheheh krn ada wifinya..

Salam...
Angkringan Om Bento
jl Pulo ribung Taman Galaxy Bekasi ( samping parkir bus trans galaxy )